Selasa, 20 Oktober 2015

Suspensi

SEDIAAN SUSPENSI



DASAR TEORI SUSPENSI
A.    PENGERTIAN SUSPENSI
1.      adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32)
2.      Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hal : 17)
3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan (formularium nasional hal : 3)
4.   Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (IMO hal : 149)
5.      Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel” kecil, yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu zat yang tidak larut bisa dimaksudkan untuk diabsorpsi fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar (leon lachman hal : 985)
B.     PENGERTIAN LOTIO
Lotio adalah sediaan berupa larutan, suspense, atau emulsi yang dimaksudkan untuk penggunan pada kulit.( Fornas edisi 2 hal 325)
C.     MACAM-MACAM SUSPENSI
1.      Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.
2.      Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan kulit.
3.      Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.
4.      Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5.      Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai.
(lmu Resep Syamsuni hal 125)
D.    SYARAT-SYARAT SUSPENSI
Ø 
1.      Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal
2.      Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
3.      Suspense harus di kocok sebelum digunakan
4.      Suspensi harus disimpan dalam wadahtertutup rapat.( FI IV hal 18)
Ø   
1.      Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2.      Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3.      Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
4.      Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang. (FI III hal 32)
Ø  Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan (ansel hal 356)
Ø  Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap (1985 FKI hal 82)
Ø  Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai kulit (1985 FKI hal 77)
 
E.     KOMPOSISI SUSPENSI
1.      Bahan aktif.
Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium dioksida
2.      Bahan tambahan
Ø  Pewarna : metilen blue, metamil yellow
Ø  Pengawet : nipagin 2-5%, nipasol 0,05-0,025%
3.      Suspending Agent
a.       Akasia (PGA)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah PH 5-9.
Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus ditambahkan pengawet. (ilmu resep syamsuni hal 139)
b.      Tragakhan
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep syamsuni hal 140)
c.       Mucilago amily
Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
d.      Solution gum arabicum
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya. (vanduin hal 58 )
e.       Mucilago saleb
Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal 58)
f.       Solution gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit (vanduin hal 58)
F.      CARA PEMBUATAN SUSPENSI SECARA UMUM
1.      Metode dispersi
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian diencerkan
2.      Metode Presitipasi
·    Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air
·   Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
G.    EVALUASI  SEDIAAN
1. Metode reologi
Berhubungan dengan factor sedimentasi dan redispersibilitas membantu menentukan prilaku pengendapan mengatur pembawa dan susunan partikel untuk perbandingan.
2.  Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze-thow yaitu temperature diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan Kristal yang intinya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat Kristal. (lachman edisi 2 hal 10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar